Siapa yang tidak kenal dengan Nabi Nuh? Di agama Islam dan Kristen, nama nabi Nuh atau Noah adalah nabi yang sangat di hormati.
Dalam Islam, nabi Nuh adalah nabi dan rasul ketiga setelah nabi Adam dan nabi Idris. Dalam Al-Qur'an, nama nabi Nuh disebut sebanyak 43 kali. Nabi Nuh diperintah oleh Allah untuk menyeru kaumnya agar mereka menyembah Allah, namun kaum nabi Nuh malah menolak ajakan dari nabi Nuh. Sehingga datanglah Azab Allah berupa banjir besar yang menenggelamkan kaum nabi Nuh, kecuali mereka yang mengikuti ajarannya.
Nah, bicara soal nabi Nuh ini banyak sekali hal-hal yang masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Sebelumnya, ada seorang ilmuwan yang mengklaim bahwasanya dia dan timnya telah menemukan bahtera atau kapal nabi Nuh yang ia gunakan ketika menyelamatkan diri dari banjir besar yang menenggelamkan kaumnya, namun hingga saat ini masih banyak orang yang tidak percaya akan hal itu.
Nah, baru-baru ini ada juga ilmuwan yang menganggap bahwa dia telah menemukan kerangka yang diduga sebagai kerangka dari nabi Nuh. Kerangka tersebut ditemukan di sebuah kotak kayu yang tersimpan di ruang gudang Penn Museum selama 85 tahun, tanpa ada yang mengetahuinya.
Kotak kayu tersebut tidak memiliki nomor identifikasi atau kartu katalog. Tapi upaya terakhir untuk mendigitalkan sejarah kotak misterius itu telah memunculkan informasi baru. Kerangka manusia dalam kotak itu digali dari kota kuno Ur (sekitar Irak), antara 1929 dan 1930, oleh Sir Leonard Woolley beserta timnya di Penn Museum.
Penggalian Woolley terkenal karena berusaha mengungkap makam bangsawan Mesopotamia, yang terdiri dari ratusan makam dan 16 tombsladen yang dijadikan artefak budaya. Selain itu, tim arkeolog itu juga menemukan pemakaman kuno yang berusia sekitar 2.000 tahun.
Dalam sebuah dataran banjir, hampir 50 kaki (15 meter) di bawah permukaan situs Ur, tim menemukan 48 makam yang berasal dari periode Ubaid, sekitar 5.500 sampai 4.000 sebelum Masehi. Dikutip daridream.co.id, saat itu, Woolley memutuskan untuk mengangkat satu kerangka dari situs tersebut. Dia melapisi kerangka itu dengan lilin kemudian mengirimnya dalam sebuah kotak kayu ke London, lalu ke Philadelphia.
Menurut catatan Penn Museum, mereka menerima sekumpulan lumpur dan dua kerangka dari penggalian Woolley. Namun saat William Hafford, manajer Penn Museum, melakukan digitalisasi kiriman tersebut, hanya menemukan satu kerangka saja.
Penelitian lebih lanjut pada database museum mengungkapkan kerangka tak dikenal itu dicatat sebagai 'not accounted for' pada 1990. Untuk mengungkap siapa kerangka ini, Hafford mempelajari catatan ekstensif yang ditinggalkan Woolley.
Setelah mencari informasi tambahan, termasuk gambar dari kerangka yang hilang, Hafford menemui Janet Monge, kurator antropologi fisik Penn Museum. Tapi Monge, seperti Hafford, juga belum pernah melihat kerangka ini sebelumnya.
Saat itulah Monge teringat kotak misterius di ruang bawah tanah. Saat Monge membuka kotak itu dan mengatakan bahwa terdapat kerangka yang sama persis seperti yang dijelaskan Woolley.
Kerangka misterius itu kemungkinan seorang laki-laki berusia 50 tahun atau lebih. Dia memiliki tinggi antara 5 kaki 8 inci (173 cm) sampai 5 kaki 10 inci (178 cm). Ternyata peneliti Penn Museum menamakan penemuan kerangka itu dengan sebutan 'Noah' karena diyakini hidup setelah banjir besar yang terjadi di Ur, seperti kisah Nabi Nuh.
Teknik ilmiah modern belum tersedia saat Woolley melakukan penelitiannya. Dengan teknik ilmiah modern ilmuwan bisa mendapatkan lebih banyak informasi tentang sisa-sisa kuno, termasuk pola makan, asal leluhur, trauma, stres dan penyakit.
Isnin